Kamis, 21 Februari 2013

Bukti bahwa Ibadah Shalat Bukanlah Ritual Menyembah Batu

Bismillahirrahmanirrahim,

Bukti bahwa Ibadah Shalat Bukanlah Ritual Menyembah Batu

"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia."
(Al-Quran Surat Ali Imran Ayat 96)

Kita mungkin pernah bertanya mengapa jika kita Shalat harus menghadap ke arah Kiblat, mengapa ada Thawaf dalam ibadah Haji dan Umrah, dan pertanyaan lainnya. Ini juga sering jadi perenungan saya seperti ini:
Ketika mempelajari Kaidah Tangan Kanan (Hukum Alam), bahwa putaran energi jika bergerak berlawanan dengan arah jarum jam, maka arah energi akan naik ke atas. Serupa dengan pola Thawaf dimana bergerak dengan jalan berputar harus berlawanan jarum jam, dan kapan saja orang boleh melakukannya tanpa terikat aturan waktu.
Kenapa Shalat harus menghadap Kiblat, termasuk dianjurkan berdoa dan pemakaman pun menghadap Kiblat.
Kenapa Shalat Berjamaah nilainya lebih tinggi 27 kali lipat.
Kenapa Shalat di Masjidil Haram menurut Hadist nilainya 100.000 kali dari di tempat sendiri.
Apakah benar singgasana Tuhan ada di Langit Tertinggi.

Penjelasan

1. Shalat dan Doa adalah pemujaan terhadap Tuhan Semesta Yang Maha Tunggal, kita memerlukan hubungan intens dengan-Nya. Sehingga tercipta hubungan antara Sang Pencipta dan yang diciptakan (makhluk) secara dua arah. Pada saat Shalat dan Doa kita yakin mengeluarkan energi, pikiran dan hati yang fokus/konsentrasi adalah generatornya. Hukum Kekekalan Energi mengatakan bahwa energi tidak dapat dimusnahkan hanya dapat berubah bentuk, lalu kemana energi Shalat dan Doa kita?

2. Shalat diharuskan menghadap Kiblat, berarti arah Energi terfokus ke arah Kiblat dan akan bertanya lagi setelah dari Ka'bah akan kemana larinya energi Shalat?

3. Energi Shalat dan Doa dari individu atau jamaah seluruh dunia terkumpul dan terakumulasi di Ka'bah setiap saat, karena bumi berputar sehingga Shalat dari seluruh dunia tidak terhenti dalam 24 jam, misal orang Bandung Shalat Dzuhur, beberapa menit kemudian orang Jakarta Dzuhur, beberapa menit kemudian Serang Dzuhur, Lampung dan seterusnya. Belum selesai Dzuhur di India Pakistan, di Makasar sudah mulai Ashar dan seterusnya. Pada saat Dzuhur di Jakarta di London Shalat Subuh dan seterusnya 24 jam setiap hari, minggu, bulan, tahun dan seterusnya.

4. Energi yang terakumulasi, berlapis dan bertumpuk akan diputar dengan generator orang-orang yang berthawaf yang berputar secara berlawanan arah jarum jam yang dilakukan jamaah Makkah sekitarnya dan Jamaah Umroh/Haji yang dalam 1 hari tidak ditentukan waktunya.

5. Maka menurut implikasi hukum Kaidah Tangan Kanan bahwa Energi yang terkumpul akan diputar dengan Thawaf dan hasilnya kumpulan energi tadi arahnya akan ke atas menuju langit. Jadi Sedikit terjawab bahwa energi itu tidak berhenti di Kab'ah namun semuanya naik ke langit. Sebagai satu cerobong yang di mulai dari Ka'bah. Yang jelas pasti Tuhan telah membuat saluran agar Shalat dan Doa dalam bentuk energi tadi agar sampai ke Hadirat-Nya. Jadi selama 24 Jam sehari terpancar cerobong energi yang terfokus naik ke atas langit. Selamanya sampai tidak ada manusia yang Shalat dan Thawaf.

6. Untuk simplifikasi pemahaman kira-kira dapat di analogikan proses ini dengan internet, sebagai berikut:
Shalat individu dianalogikan dengan PC.
Shalat menghadap Kiblat adalah arah koneksi (menghadap Kiblat adalah fisik lahir terlepas dari isi/konten Doa).
Thawaf adalah Router Utama yang bertindak sebagai generator.
Energi ke atas adalah Hyper Main Bandwith menuju Maha Server di Singgasana (bukan harfiah) Tuhan.
Speed Koneksi individu pelaku Shalat ditentukan tingkat ke-Khusu'-an dan ke-Ikhlas-an (Komputer = Kualitas Operating System, kualitas Hardware, Kualitas Software, tingkat kontaminasi virus, Struktur Data, Kelengkapan Pheriferal, dan kekokohan firewall dari virus/trojan/malware/scam (Setan)).
Koneksi yang sempurna tentu akan memudahkan penyembahan pada Tuhan (upload) dan memahami sepenuhnya Kehendak Tuhan. Sehingga konon jika Shalat orang beriman akan membuat batin lebih tenang dan jiwa lebih sehat (download upgrade, anti virus, menambah ilmu, keberkahan, keselamatan, kasih sayang, kearifan, rejeki lahir batin dan sebagainya).

Niat adalah start up total yang terealisasi, mulai Sistem Operasi, Kesiapan Hardware dan Software, fokus koneksi. Karena niat jika tidak direalisasikan dengan fokus hardware (Wudhu, gerakan fisik menghadap Kiblat, gerakan Shalat, pengertian Doa Shalat) dan software (hati/rasa dan pikiran secara virtual menghadap Maha Raja Pencipta) dihawatirkan koneksi tidak terjadi, dan energinya akan terbuang tidak terfokus. Jika hukum kekekalan energi berlaku, maka energi Shalat akan tidak sampai dan disinyalir akan dimanfaatkan oleh setan untuk memperkuat diri.

7. Kalau Shalat berjamaah akan mendapat point 27 kali, kira-kira itu diibaratkan penyatuan energi dari para jamaah sehingga speed untuk naik ke Langit 27 kali lebih cepat. Kira-kira analoginya jika Shalat sendiri 60 kbps (khusyu), maka dengan Shalat berjamaah menjadi 1,62 Mbps.

8. Orang yang Shalat di Masjidil Haram mendapat point 100.000 kali, mudah dimengerti karena Shalatnya pada kumparan energi dasyat dari jamaah Shalat di seluruh dunia yang berkumulasi dan bertumpuk. Sehingga speednya lebih tersundul dan dekat dengan access point Router Utama (Ka'bah). Artinya speed koneksinya berbanding 100.000 kali kecepatan di tempat sendiri.

9. Kenapa ada pula anjuran Shalat rawatib dan Shalat-Shalat Sunnah Dhuha, Tahajud, Tarawih, dan Doa menghadap Kiblat, kira-kira dapat dianalogikan makin sering koneksi dengan Tuhan akan semakin baik dan speed koneksinya makin massive sehingga dirinya membentuk internal modem (sehingga tidak terikat arah koneksi = berdoa dimana saja kapan saja = diluar Shalat) . Dan sebaliknya apabila Shalatnya malas-malasan dan terpaksa, kemungkinan DC (disconected) akan sering atau lambat koneksinya.

10. Bumi pun berthawaf, analogi Thawaf di Ka'bah, karena berputar berlawanan dengan arah jarum jam. Dan akan kiamat apabila berputar dengan sebaliknya (matahari terbit dari Barat).

Kesimpulan
Shalat dan Doa, diyakini akan sampai ke langit menuju Singgasana Tuhan selama memenuhi kira-kira persyaratan uraian di atas dengan sintesa (gabungan/Ekstrasi) renungan hukum agama dan hukum alam. Jadi hendaknya ilmuwan dan agamawan bersinergi saling mendukung untuk mencapai kemaslahatan yang lebih luas dan pemahaman agama yang dapat diterima lahir batin.
Memantapkan kita dalam beribadah Shalat khususnya dan menggiatkan diri untuk selalu on-line 24 jam dengan Tuhan, sehingga jiwa akan selalu terjaga dan membuahkan segala jenis kebaikan yang dilakukan dengan senang hati (iklas).

Menjawab pertanyaan bahwa Shalat itu tidak menyembah batu (Ka'bah) seperti yang dituduhkan kaum orientalis, tapi menggunakan perangkat alam untuk menyatukan energi Shalat dan Doa untuk mencapai Tuhan dengan upaya natural manusia.

Demikian renungan saya. Semoga saja mampu memotivasi anda sekalin dan para pakar untuk memicu pemikiran, penelitian lebih dalam untuk lebih mempertebal keimanan dan menjadi saksi bahwa Tuhan menciptakan semesta dengan penuh kesempurnaan tidak dengan main-main (asal jadi) sehingga kita semakin yakin dan cinta pada Tuhan Yang Maha Esa. Mungkin renungan ini berlebihan dan berfantasi, tapi sedikitnya ini pendekatan yang mampu menjawab pertanyaan sebagaimana di atas dan tidak bertentangan dengan Kitab Suci dan Hadist bahkan mendukungnya.
Disalin dari Pages Forgiveness Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, sekaligus berkenalan... Terima kasih